Katakan Tidak Untuk NAPZA

Posted by Unknown on Minggu, 10 Juni 2012 | 0 komentar


Namaku Ridho (nama samaran). Usiaku 28 tahun, menikah, mempunyai 1 anak laki-laki umur 6 tahun. Saya berasal dari keluarga yang harmonis, orang tuaku seorang pengusaha dan sebagai tokoh agama yang disegani di kotaku. Sejak SMA saya berteman dekat dengan Adi (nama samaran). Dia yang mengenalkan saya dengan rokok dan alkohol. Semula saya menolak, tapi karena alasan toleransi akhirnya saya mau. Semenjak itu saya juga kenal dengan ganja. Kemudian saya mencoba putaw, dan selama 3 tahun saya kecanduan putaw. Saya menyadari bahwa zat tersebut berbahaya, tapi tubuh dan pikiran saya selalu ”nagih”. Keluarga saya tidak tahu keadaan kecanduan ini. Apapun saya lakukan untuk mendapatkan barang haram tersebut. Motor pemberian orang tua saya jual, orang tua tahunya hilang. Perhiasan ibu saya jual, uang simpanan ibu saya curi. Kehidupan saya penuh dengan kebohongan dan perilaku kriminal. Pernah berkali-kali saya sakaw, dan saya hadapi sendiri rasa sakit akibat sakaw itu.
Selanjutnya saya dikenalkan dengan kehidupan seks bebas. Suatu ketika saya over dosis (OD) dan hampir mati, saat itulah orang tua tahu bahwa selama ini anak satu-satunya menjadi pengguna NAPZA. Dan mereka sangat terpukul.Kemudian orangtua mengirim saya ke rehabilitasi NAPZA, menjalani perawatan selama 2 bulan. Setelah itu saya menikah dengan wanita yang dijodohkan orangtua. Istri sangat mendukung kesembuhan saya. Hari-hari saya lalui dengan berat karena harus melawan craving . Kadang bila saya ketemu teman, rasa itu tak dapat saya tahan. Akhirnya saya terjatuh lagi, putaw menghampiri diriku lagi.
Saya mulai beraksi lagi. Perhiasan, uang, dan barang di rumah sering hilang misterius. Sakaw , OD kembali saya alami. Lagi-lagi saya dirawat di rumah sakit karena OD. Orang tua marah besar, istri yang baru hamil sangat terpukul. Saya kembali dikirim ke rehabilitasi. Biaya sangat besar dikeluarkan orangtua demi kesembuhan saya.
Seperti yang dulu, saya dapat abstinensia selama 4 bulan. Setelah istri melahirkan, saya mulai ada kesibukan baru mengurus anak. Dan saya merasa bahagia dengan keluarga kecil ini. Tapi rasa craving sulit saya tahan. Kadang saya sulit tidur, mudah marah, mudah cemas. Kalau sudah begitu penyelesaiannya adalah obat penenang dan putaw. Kembali saya ke dunia gelap lagi. Dan kali ini saya terjebak, ditangkap, dan masuk penjara. Saat itu juga ibu saya terkena serangan jantung dan meninggal. Saya sangat terpukul, dan sangat menyesal. Saat di penjara saya juga mengalami sakaw. Biaya besar harus dikeluarkan bapak untuk saya. Usaha bapak mulai bangkrut. Istripun minta cerai. Semua harus menanggung malu karena saya.
Setelah keluar dari penjara semua berjalan dengan lebih baik meskipun saya masih harus mengkonsumsi obat penenang. Dampak sosial yang mulai terasa, orang-orang mulai menjauh. Seakan merasa hidup sendiri dan sepi. Seakan semua orang memandang saya dengan sinis.  Lebih celakanya lagi, saya merasakan badan mudah sakit, tambah kurus, sering sariawan. Saat konsultasi dengan dokter, katanya saya sakit TBC. Kemudian disarankan untuk konsultasi ke klinik VCT. Saat itulah saya dinyatakan HIV positif, Hepatitis C. Seperti disambar petir, pikiran jadi tidak keruan. Terbersit kekhawatiran terhadap istri dan anak saya, bagaimana dengan mereka?
Hidup saya benar-benar berantakan. Selama ini ternyata tubuh dan perasaan saya telah dirusak oleh barang haram tersebut. Masa remaja yang menyenangkan ternyata semu belaka. Kepercayaan orang-orang tercinta telah saya sia-siakan. Andaikan waktu dapat kembali berputar, saya tidak akan pernah menyentuh barang tersebut.


Diatas adalah sekelumit kisah hidup seorang pecandu NAPZA. Tampak jelas disitu betapa dahsyat dampak penyalahgunaan NAPZA. Akhir-akhir ini semakin sering kita mendapatkan informasi tentang kejadian-kejadian penyalahgunaan NAPZA. Banyak NAPZA beredar di pasaran, misalnya ganja, sabu-sabu, ekstasi, dan pil koplo. Penyalahgunaan obat jenis NAPZA sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena mempengaruhi susunan syaraf. NAPZA menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, persepsi, dan kesadaran.
Pemakaian NAPZA secara umum dan juga psikotropika yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang membahayakan tubuh. Berdasar efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAPZA, maka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1.           Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai terasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis NAPZA depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular sekarang adalah putaw.

2.           Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulant ini antara lain adalah  kafein, kokain, amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah shabu-shabu dan ekstasi.

3.           Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur –jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.

Bila NAPZA digunakan secara terus-menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan, akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan NAPZA pada seseorang sangat tergantung pada jenis NAPZA yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan NAPZA dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

1.       Dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap fisik
v      Gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti : kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
v      Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti : infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
v      Gangguan kulit (dermatologi) seperti : penanahan (abses), alergi, eksim.
v      Gangguan pada paru-paru (pulmoner) : penekanan fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
v      Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, sulit tidur.
v      Dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap kesehatan reproduksi adalah ganguan pada endoktrin, seperti : penurunan fungsi hormon reproduksi  (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
v      Dampak penyalaahgunaan NAPZA terhadap kesehatan reproduksi remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidak teraturan menstruasi, amenorhoe (tidak haid).
v      Bagi pengguna melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

2.       Dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap psikis
v      Lamban dalam bekerja, ceroboh jika bekerja, sering tegang dan gelisah.
v      Hilang kepercayaan diri, apatis, suka mengkhayal, penuh curiga.
v      Agitatif, menjadi ganas dan bertingkah laku yang brutal.
v      Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
v      Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman bahkan ingin bunuh diri.

3.       Dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap lingkungan sosial
v      Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
v      Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
v      Pendidikan menjadi tergangu, masa depan suram


Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif dan lain-lain.

Ketergantungan NAPZA adalah suatu penyakit yang menurut ICD10 digolongkan dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan psikoaktif. WHO memperkirakan bahwa jumlah pengguna tembakau sebanyak 1,1 milyar orang, pengguna alkohol sebanyak 250 juta orang dan pengguna NAPZA lain sebanyak 15 juta orang di seluruh dunia. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di perkirakan ada 3,2 juta orang (1,5% populasi) di Indonesia mempunyai riwayat menggunakan NAPZA.
Ganguan penggunaan NAPZA merupakan masalah bio-psiko-sosio-kultural, sehingga perlu ditanggulangi secara multidisipliner dan lintas sektoral dalam 1 program yang menyeluruh (komprehensif) serta konsisten. Program yang menyeluruh itu tercermin dalam kegiatan-kegiatan minimisasi dampak buruk (harm minimization), yaitu pengurangan ketersediaan NAPZA di pasar gelap (supply reduction), pengurangan akan kebutuhan NAPZA (demand reduction), pengurangan dampak buruk (harm reduction).
Salah satu kegiatan dalam pengurangan akan kebutuhan NAPZA adalah usaha kreatif atau terapi, di samping usaha promotif, preventif, rehabilitif dan after-care.
Gangguan penggunaan NAPZA jarang ditemukan berdiri sendiri melainkan terdapat bersama gangguan lain (komorbiditas) seperti depresi atau ansietas.
Akibat langsung dari NAPZA itu sendiri atau akibat cara pemakaiannya, seorang dengan gangguan penggunaan NAPZA sering menderita penyakit penyulit (komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi Seksual Menular (IMS), hepatitis B atau C dan lain-lain.
Oleh : dr. Wahyu Nur Ambarwati, SpKJ




0 komentar for " Katakan Tidak Untuk NAPZA"

Posting Komentar

Klik

  • Serius...
  • Harap tenang ya...
  • Hmmm enaaaak...
  • Harap antri...
  • Tensi saya berapa pak...
  • Ya bu...
  • Asyiiiik...
  • Siap....

Subscription

Silakan Masukkan E-mail Anda untuk mendapatkan Berita terbaru

Tim Redaksi Bina Jiwa

Recent News