Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA
Posted by Unknown on Kamis, 31 Januari 2013 | 0 komentar
Deteksi secara dini sangat perlu dilakukan untuk
mengantisipasi meluasnya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol dan Zat
Adiktif lainnya) di kalangan generasi muda, mengingat paling besar pengguna
narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Upaya deteksi dini perlu dilakukan lebih
intensif dengan memperhatikan kondisi anak sehingga apabila ada yang berbeda
dan terjadi tanda-tanda anak bermasalah bisa segera ditindaklanjuti dan
menghindarkan anak untuk lebih
terjerumus melakukan penyalahgunaan barang haram.
Kondisi- kondisi anak tersebut antara lain adalah :
Kondisi- kondisi anak tersebut antara lain adalah :
1.
Memiliki kepercayaan diri yang rendah
Perasaan rendah diri muncul dalam pergaulan
bermasyarakat dan remaja berusaha untuk menutupi kekurangannya agar dapat
menunjukkan eksistensi dirinya.
Ia melakukannya dengan cara menyalahgunakan narkotika, psikotropika maupun
minuman keras sehingga dapat memperoleh/ merasakan apa yang diangan-angankan
antara lain lebih aktif, lebih berani dsb.
2. Cenderung Emosional
Kelabilan emosi remaja pada masa pubertas dapat
mendorong remaja melakukan kesalahan. Pada masa-masa ini biasanya mereka ingin
lepas dari ikatan aturan-aturan yang di berlakukan oleh orang tuanya. Padahal
disisi lain masih ada ketergantungan sehingga hal itu
mengakibatkan
timbulnya konflik pribadi dan mencari pelarian dengan menggunakan narkoba untuk
mengurangi ketegangan atau agar lebih berani menentang kehendak dan aturan yang
diberikan oleh orang tuanya.
3. Mental yang lemah
Lemahnya mental seorang akan mudah untuk
dipengaruhi perbuatan dan tindakan atau hal-hal yang negatif oleh lingkungan
sekitarnya. Mereka akan mudah menjadi cemas dan depresi
sehingga mencari pelarian dengan menyalahgunaan NAPZA yang menimbulkan efek
menyenangkan.
Selain itu perhatikan anak kalau mulai
ada tanda-tanda sering mual/muntah, terlihat mengurung diri, suka tidur
berlama-lama, terlihat gelisah, sering sakit kepala, nafsu makan berkurang,
depresi, mulai timbul khayalan dan perilaku-perilaku aneh lainnya yang muncul
pada anak.
4. Adanya gangguan kepribadian antisosial
Keluarga atau orang-orang
terdekat bisa melihat dan mendeteksi secara dini segala keanehan
yang muncul dalam keseharian anggota keluarganya (anak-anak), baik dalam
keseharian di rumah maupun aktivitas bersama rekan sebayanya. Perlu
adanya kecurigaan apabila anak mulai mengambil dan menjual barang-barang
milik pribadinya. Hal ini kemungkinan untuk membeli narkoba yang bisa juga
kemudian terus meningkat dengan mengambil barang-barang milik keluarganya dan
kemudian pada gilirannya melakukan tindak pidana baik berupa pencuriaaan,
perampokan dan lain-lainnya sekedar untuk membeli barang tersebut.
5. Kondisi Keluarga yang tidak baik
Kondisi keluarga
yang tidak baik (disfungsi keluarga) merupakan faktor kontribusi bagi
terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Kondisi tersebut antara lain :
a.
Kematian orang tua
b.
Kedua orang tua bercerai
atau berpisah
c.
Hubungan kedua orang tua tidak harmonis
d.
Hubungan antara orang tua dan anak
tidak baik
e.
Suasana rumah tangga yang tegang
f.
Suasana rumah tangga tanpa kehangatan
g.
Orang tua sibuk dan jarang di rumah
h.
Orang tua mempunyai kelainan
kepribadian
Banyak kasus keterlibatan anak
dalam NAPZA bermula dari masalah keluarga. Paling tidak
dari minimnya komunikasi antar anggota keluarga. Karena itu, senantiasa menjaga
kebersamaan merupakan hal yang mutlak bagi upaya deteksi dini untuk mencegah
penyalahgunaan NAPZA. Permasalahan atau perpisahan yang terjadi diantara kedua
orangtua tidak selalu berdampak buruk apabila kedua orang tua dapat selalu
bekerjasama dalam mendidik anak-anak mereka dan tidak terputusnya komunikasi
antar orang tua dan anak.
6.
Adanya pengaruh dari teman sebaya /
kelompok
Pengaruh teman kelompok ini
dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan sehingga yang bersangkutan sulit
untuk melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok
tidak hanya pada saat perkenalan pertama dengan NAPZA, melainkan juga
yang menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan NAPZA dan yang menyebabkan
kekambuhan. Pengaruh tekanan teman kelompok sebaya akan menimbulkan:
a.
Rasa takut karena ketidakmampuan dan
kegagalan dalam berinteraksi dan bersaing dengan kelompok yang lebih mapan.
b.
Intimidasi oleh teman kolompok sebaya
yang membuat seseorang menarik diri atau bersikap pasif-agresif dan mencari
jalan keluar dengan penyalahgunaan NAPZA
c.
Penyangkalan ketidakmampuannya dengan jalan memperlihatkan
agresif antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahgunaan NAPZA
d.
Induksi dari teman kelompok
penyalahgunaan NAPZA untuk ikut praktek penyalahgunaan NAPZA.
Remaja yang jiwanya masih labil sangat mudah dipengaruhi
oleh lingkungan dan cenderung mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya
ataupun kelompoknya. Ada beberapa kondisi yaitu mereka akan dikucilkan atau dijauhi apabila
tidak mau mengikuti kelompoknya.
7.
Kehidupan beragama dalam keluarga dan
ketaatan menjalankan ibadah agama yang kurang.
Pada setiap
diri terdapat kebutuhan dasar spiritual. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
maka seseorang cenderung untuk mencarinya dengan jalan menyalahgunakan NAPZA.
Remaja yang memiliki komitmen agama yang lemah mempunyai resiko 4 kali lebih
besar untuk menyalahgunakan NAPZA
dibanding dengan remaja yang komitmen agamanya kuat. Pendidikan agama sejak
dini akan memperkuat komitmen agama bila seorang anak kelak menginjak remaja
dan menjadi dewasa, sehingga resiko penyalahgunaan NAPZA dapat diperkecil.
Dengan upaya deteksi dini diharapkan bisa
mengurangi sekaligus menanggulangi adanya penyalahgunaan NAPZA, sehingga
generasi muda kita terbebas dari barang haram dan memiliki fisik serta jiwa yang sehat dan kuat.
Citra HP
0 komentar for "Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA "