Dra. ME Kusdyah Sri Winarni, MM
Posted by Unknown on Kamis, 28 Maret 2013 | 0 komentar
Menjabat sebagai Wadir Adimistrasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah ( RSJD ) Surakarta, bukan merupakan tugas yang ringan. Tetapi perlu disyukuri karena jabatan merupakan amanah dari Tuhan dan suatu kepercayaan dari pimpinan yang harus diemban dengan sebaik-baiknya demi mewujudkan tercapainya visi dan misi RSJD Surakarta yang menjadi impian bersama. Itulah pandangan Dra. ME Kusdyah Sri Winarni, MM, tentang jabatan yang disandangnya sejak 09 September 2011 Banyak hal yang ingin beliau lakukan yang menjadi keinginan kuatnya sebagai seorang Wadir Administrasi. Salah satu yang ia akan terus diupayakan, dan merupakan visinya adalah tertib administrasi. Menurut beliau, setiap ada permasalahan dalam pekerjaan pasti yang akan dilihat pertama kali adalah segi administrasi, entah itu dalam hal perencanaan, pencatatan, pendokumentasian atau dalam prosedur tetap yang ada. Oleh karena itu ia bertekad untuk bersama - sama mengajak seluruh jajaran struktural dan seluruh pegawai untuk melaksanakan tertib administrasi dan menerapkannya dalam pekerjaan sehari – hari. Ketika dikonfirmasi lebih lanjut tentang langkah yang sudah dan akan diambil, beliau menjelaskan bahwa untuk mewujudkan hal tersebut didasarkan pada 4 pilar good governance yaitu : Akuntabilitas, Transparansi, Pertanggungjawaban dan Keselarasan. Konkritnya dengan memperkuat integritas dari pimpinan sampai dengan pegawai level paling bawah, akan lebih memudahkan dalam melakukan perubahan - perubahan kearah perbaikan, seperti halnya yang sering beliau sampaikan pada saat menjadi Pembina Upacara. Jawa Tengah saat ini dalam pengelolaan administasi keuangan telah memperoleh predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan RSJD Surakarta ingin memiliki peran yang besar untuk ikut mempertahankan predikat Jawa Tengah dengan status WTP tersebut dengan menggunakan beberapa strategi, antara lain: 1. Membangun komitmen dan integritas dari semua jajaran 2. Penguatan sisi perencanaan dan penganggaran 3. Penguatan dalam pengelolaan asset 4. Terus meningkatkan perbaikan dalam penyusunan pelaporan 5. Terus meningkatkan penguatan monitoring dan evaluasi 6. Meningkatkan percepatan tindak lanjut LHP dan penerapannya Demikian Dra Kusdyah menjelaskan panjang lebar tentang langkah – langkah yang sedang dan akan diambilnya, untuk kapasitasnya sebagai Wadir Administrasi. Dalam keseharian menjalankan tugasnya, Dra Kusdyah cukup tegas dalam menentukan sikap dan justru kadang terlihat agak keras. Beberapa pegawai yang belum tahu mengaku kaget ketika mendapatkan sikap yang agak keras dari beliau, karena selama ini selalu dikenal sebagai seorang yang tidak banyak bicara, lebih banyak diam dan banyak tersenyum. Menanggapi hal ini beliau dengan tersenyum mengatakan, bahwa ketegasan itu perlu, dan kadang bersikap keras itu juga diperlukan disaat yang tepat. Tujuannya tidak ada lain adalah untuk mendudukkan permasalahan pada tempat yang seharusnya. ( Tahun 1994 Dra ME Kusdyah SW, MM menjadi bagian dari keluarga besar RS. Jiwa Daerah Surakata, setelah 11 tahun mengabdikan diri di SPK ( Sekolah Perawat Kesehatan ). Persahabatan Jakarta, di Bag Administrasi Keuangan. Beliau memang menginginkan pulang kampung untuk memenuhi janji pribadi yang ingin menjaga kedua orang tua hingga puput usia.Dan di RSJD Surakarta bermacam tugas pernah diembannya, seperti di Rekam Medik, menjadi sekretaris Direktur, Menjadi Staf Keuangan, kemudian sempat pula menjadi Kasubag PPL –sekarang PME- kemudian Kasubag Keuangan, Kabag Keuangan dan saat ini menjadi Wadir Administrasi ) Sebagai pekerja Dra Kusdyah sangat mencintai pekerjaannya, dan disisi lain, sebagai seorang wanita, seorang ibu, ia juga sangat mencintai keluarganya. Keduanya adalah prioritas baginya. Keduanya adalah merupakan tanggungjawab yang harus diembannya dengan sepenuh hati. Perjalanan hidup beliau bukan tanpa kepedihan. Salah satunya adalah ketika harus menjadi single parent diusia muda. ( Dra Kusdyah lahir tanggal 16 Juli 1963 ) Menjadi single parent memang bukan pilihan, namun itulah kenyataan yang harus dihadapi. Tepatnya pada tgl 3 Maret 1996, sang suami tercinta dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Saat itu memang terasa sangat berat. Demikian bu Kus ( panggilan akrabnya ) mulai bercerita tentang kisah pribadinya. “Yang namanya semua biasa dilakukan berdua tiba-tiba harus sendiri, mandiri, memang rasanya bagaikan tidak ada harapan lagi. Rasanya saat itu hampir tidak kuat lagi. Tapi saya beruntung, karena saat itu saya masih memiliki seorang ibu yang sangat luar biasa. Meskipun beliau bukanlah seorang pegawai, tetapi beliau di mata anak-anaknya adalah seorang ibu teladan, ibu yang cerdas. Apalagi sebagai anak terakhir dari 8 bersaudara oleh ibu saya selalu dibimbing, dikuatkan, sehingga saya benar – benar kuat kembali. Semua memang butuh waktu. Karena setelah itu, saya sangat menyadari bahwa saya harus siap menjadi seorang ibu sekaligus seorang bapak bagi kedua putri yang sangat saya cintai, dan saya harus kuat. Kedua putri saya adalah kekuatan saya untuk selalu tegar” Bercerita demikian, bu Kus seolah melihat kembali gambaran situasi pada saat itu. Ketika penulis menanyakan hal yang sangat pribadi, berkaitan dengan statusnya yang terus bertahan sebagai single parent. Ibu dari Yohanna Ayu Wulan (23 th ) dan Christina Ayu Kusumawardani ( 19 th ) itu, berkisah... bahwa ia sadar sekali menyandang single parent tidaklah mudah. Mulai dari pendapat orang, sikap dan kerepotannya menghadapi semuanya. “Saya sangat mencintai alm. suami saya, mas Richard, sampai detik ini dan untuk selamanya. Itulah kenapa sulit untuk bisa menerima orang lain yang ingin menjadi pendamping hidup saya. Seperti yang sudah saya sampaikan bahwa saat itu memang berat sekali rasanya ketika ditinggalkan oleh mas Richard anak – anak masih sangat kecil, bahkan Christin anak saya yang kecil belum tahu benar apa arti seseorang yang sudah tiada. Tapi saya tidak boleh menyerah dengan keadaan. Ada dua putri saya yang menjadi tanggung jawab saya. Dan saat ini hanya untuk merekalah saya berkarya. ( Bu Kus kemudian memperlihatkan foto kedua putrinya mulai dari masa kecil sampai saat ini mereka sudah menjadi gadis remaja yang cantik cantik dan pintar ) “Satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu, bahwa sejak suami dipanggil olehNya, saya menjadi semakin tidak mau lepas dari anak – anak. bahkan sampai sekarang, kedua putri saya sudah beranjak dewasa, tetap saja setiap waktu rasanya ingin bersama mereka. Ada satu contoh peristiwa, ketika Yoan putri saya yang nomer satu diterima kuliah di Teknik Industri Undip, perasaan saya waktu itu tidak keruan. Jujur saya menangis waktu itu. Tetapi kemudian saya bisa menata hati saya sendiri. Saya tidak boleh mengekang perkembangan anak anak. Oleh karena itu, ketika saat ini Yoan diterima bekerja di Kalimantan, saya bisa mensyukurinya sebagai hadiah Natal. Sedih memang berjauhan dengan anak, tetapi demi pembelajaran dan pengalaman yang pasti akan sangat bermanfaat bagi dia dikemudian hari, untuk saat ini saya ikhlas berjauhan dengan dia, toh kemajuan teknologi sekarang bisa membuat seseorang bisa merasa dekat dengan orang yang secara fisik berjauhan jarak”. Disamping itu masih ada Christin, anak nomer dua, karena ia kuliah di Solo, di Teknik Industri UNS. Saat penulis berbincang – bincang dengan beliau, beberapa kali terhenti karena staf keluar masuk dengan berbagai kepentingan, sehingga wawancara berjalan agak lambat. Terlihat sekali bahwa ibu Kusdyah memang merupakan seorang pimpinan yang sangat mau mengerti kesulitan bawahannya dan selalu bisa memberikan solusi terbaik yang bisa diambil. Bagaimanapun, dan setinggi apapun jabatan yang diemban, sebagai seorang ibu dan seorang wanita juga memiliki perasaan yang halus dan banyak berkaitan dengan faktor emosi. Akan tetapi Ibu Kus, pandai sekali mengelola perasaannya sehingga orang lain seringkali tidak tahu apa yang sebenarnya beliau rasakan. “ Bersabar....itulah kuncinya. Jangan grusa grusu. Apalagi bila dalam menghadapi segala permasalahan saya selalu berusaha untuk bersabar, sehingga seberat apapun pemasalahannya saya bisa mendapatkan solusi yang tebaik”. Benar sekali apa kata beliau. Mengedepankan emosi pasti justru akan menghasilkan hal yang sebaliknya. Sayangnya tidak semua orang bisa bersikap demikian. Ketika penulis bertanya, bagaimana membagi waktu dan pikiran antara pekerjaan dan keluarga, beliau memiliki trik sendiri agar dapat menghandle keduanya dengan baik. Beliau mengungkapkan bahwa ia harus bisa mengatur waktu. Disaat ia berada di kantor, maka ia harus fokus kepada pekerjaan, dengan sesekali meluangkan waktu untuk telpon atau sms kedua putrinya. Sebaliknya, apabila sudah berada dirumah, ia hanya fokus kepada keluarga, namun tidak menutup kemungkinan untuk bisa dihubungi berkaitan dengan pekerjaan. Sebagai seorang pejabat struktural harus siap dihubungi 24 jam apabila memang menyangkut hal – hal penting dalam pekerjaan, atau sharing dengan teman kerja tentu berkaitan dengan dinas. Dan dengan bercanda beliau mengatakan.....kalau sms atau telpon yang aneh – aneh...maaf aja ya.... Dengan motto hidup : selalu bersyukur apapun adanya, rasanya semakin lengkaplah kesahajaan beliau sebagai pribadi yang mengemban tugas yang tidak ringan tersebut. Selamat berkarya ibu, semoga RSJD Surakarta semakin maju dan sejahtera. Amin.(ALESSS).
0 komentar for "Dra. ME Kusdyah Sri Winarni, MM"